Tuesday, June 7, 2016

Majas Perbandingan


1. Metafora adalah gaya bahasa yang membandingan dua hal benda secara singkat dan padat.
Contoh:
a. Buku adalah jendela ilmu.
b. Bumi ini perempuan jalang yang menarik laki-laki jantan dan pertapa ke rawa-rawa mesum ini.
    ("Dewa telah mati", Subagio Sastrowardjojo)
c. Tuhan adalah warga negara paling modern.
    ("Katekhisasi", Subagio Sastrowardjojo)
d. Rino jatuh hati pada kembang desa Tegal Sari.

2. Sinestesia adalah gaya bahasa yang mempertahankan dua indera yang berbeda.
Contoh:
a. Kamu sangat manis saat memakai baju kebaya.
   (manis= indera pengecapan bertukar dengan indera penglihatan)
b. Wajahnya dingin saat mendengar kabar kematian anaknya.
   (dingin = indera peraba bertukar dengan indera penglihatan)

3. Simile adalah gaya bahasa perbandingan yang ditandai dengan kata depan penghubung seperti layaknya, bagaikan, seperti, bagai.
Contoh:
a. Hubungan kedua orang itu tidak pernah akur, bagai anjing dan kucing.
b. Jalani saja hidup ini seperti air mengalir
c. Layaknya padi yang berisi, pak Rahmat tidak pernah sombbong dengan ilmu yang dimilikinya.

4. Alegoeri adalah gaya bahasa untuk mengungkapkan suatu hal melalui kiasan atau penggambaran.
Contoh:
Teratai
Kepada ki Hajar Dewantara

Dalam kebun di tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga teratai;
Tersembunyi kembang indah permai
Tidak terlihat orang yang lalu
Akarnya tumbuh di hati dunia,
Daun bersemi Laksmi mengarang,
Biarpun ia diabaikan orang,
Serodja kembang gemilang mulia.
Teruslah, o Teratai bahagia,
Berseri di kebun Indonesia,
Biar sedikit penjaga taman
Biarpun engkau tidak dilihat,
Biarpun engkau tidak diminati,
Engkaupun turut menjaga zaman.
("Teratai", Sanusi Pane)

"Teratai" menyimbulkan Ki Hajar Dewantara yang menjaga bumi Indonesia dengan ajarannya yang bersifat kebangsaan dengan semangat keindonesiaan asli.

5. Alusio adalah gaya bahasa yang berusaha menyugestikan kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa.
Contoh:
a. Semangat Bandung Lautan Api menggelora di hati kami.
b. Hamparan permadani hijau terbentang luas melingkupi kawasan Masjid At Taawun di puncak, Bogor.

6. Metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan nama merk atau atribut tertentu untuk menyebut suatu benda.
Contoh:
a. Celana Levi's membalut kakinya yang panjang dan langsing.
b. Honda Jazz selalu setia menemani dokter muda itu menemui para pasiennya.
c. Sesekali ia melihat Seiko yang melingkar di tangannya
d. Kata lebih tajam dari mata pedang.

7. Antonomasia adalah gaya bahasa yang menggunakan nama diri, gelar resmi, atau jabatan untuk menggantikan nama diri.
Contoh:
a. Menteri PU akan meresmikan jalan Lingkar Nagreg, Jawa Barat
b. Presiden bersilaturahim dengan ratusan anak yatim di Kabupaten Bandung
c. Terima kasih, dokter!
d. Dengan gesit, si Meong menyambar dendeng ikan mujahir yang sedang dijemur di halaman rumah

8. Antropomorfisme adalah bentuk metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal bukan manusia.
Contoh:
a. Ia menungggu kekasihnya di mulut gang.
b. Mata pisau nyaris menyambar tubuhnya yang kekar.
c. Jakarta menjadi jantung perekonomian Indonesia

9. Aptronim adalah gaya bahasa yang mengandung penyebutan seseorang sesuai dengan sifat atau pekerjaan orang.
Contoh:
a. Setiap pagi ia mangkal di mushola stasiun kereta api menawarkan jasa semir sepatu. Tak heran orang-orang memanggilnya "Jang Emir"
c. Si cebol berlari kencang sambil membawa bola melewati lawan-lawannya.

10.Hiperbola adalah gaya bahasa yang bersifat melebih-lebihkan suatu kenyatan.
Contoh:
a. Amarahnya tiba-tiba menggelegar di tengah suasana rapat  yang tenang.
b. Senyuman gadis itu melemahkan sendi-sendi tubuhku hingga aku tak berdaya.
c. Hujan turun mengiringi langkahku.
Serbuan panah kecil itu menusuk-nusuk tubuhku.
padamu Jua
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
....
("Nyanyi Sunyi", Amir Hamzah)

11. Litotes adalah gaya bahasa yang maknanya mengecilkan fakta dengan tujuan untuk merendahkan diri.
Contoh:
a. Goresan pena ini adalah hadiah untuk ibu. (Pada kenyataannya, ia menyerahkan ijazah kesarjanaan kepada ibunya).
b. Mohon maaf, kami hanya bisa menjamu dengan menu alakadarnya. (Pada kenyataanya, di meja makan telah tersedia aneka makanan dan minuman).

12. Hipokorisme adalah gaya bahasa yang menggunakan nama timangan atau kata yang mengandung hubungan karib antara pembicara dengan topik yang dibicarakan.
Contoh:
a. "Kehidupan itu kejam, Nduk. Sadis! Bahkan sampai di luar nalar manusia. Untung kamu tidak perlu melihat itu semua".
("Pelangi Kinkin", Asma Nadia)
"Nduk" adalah sapaan untuk anak atau orang yang lebih muda.
b. " Tetapi Mas Wied kan tidak merokok."
"Aku yang melarang. Masak tukang becak seperti dia merokok, bisa-bisa uangnya habis beli rokok, terus ... mau makan apa? Kalau Mas kan cukup kaya."
("Seorang Lelaki dan Selingkuh," Afifah Afra)
"Mas" adalah kata sapaan untuk saudara tua.

13. Personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan.
Contoh:
a. Matahari baru saja kembali ke peraduannya, ketika kami tiba di sana.
b. Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu
("Nyanyi Sunyi", Amir Hamzah)
c. Sajak Putih
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
("Deru Campur Debu", Chairil Anwar)

14. Sinekdoke adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian, tetapi yang dimaksud ialah seluruh atau sebaliknya. Sinekdoke terbagi atas pars prototo (sebagian untuk seluruh bagian) dan totum pro parte (keselurugan untuk sebagian).
Contoh:
a. Pak Imran memerlihara sepuluh ekor kambing (pars prototo)
b. Pertandingan sepak bola antara Brazil melawan Bolivia berakhir seri 0-0 (totum pro parte)
c. Setiap kepala dikenakan biaya Rp 50.000,- (pars prototo
d. Chikungunya menyerang Jawa Barat. (totum pro parte)

15. Eufemisme adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata halus atau lebuh pantas untuk mengganti kata-kata yang dipandang tabu atau kasar.
Contoh:
a. Para penyandang tuna netra dan tuna rungu mendapat beasiswa dari pemerintah/
(Tuna netra lebih halus daripada buta, tuna rungu lebih halus daripada tuli).
b. Pembicara utama akan memaparkan materinta, para hadirin dimohon untuk mengkondisikan alat komunikasinya.
(mengkondisikan lebih halus dari pada mematikan).

16. Perifrase adalah gaya bahasa untuk menggantika suatu kata atau kelompok kata lain. Kata atau kelompok kata tersebut dapat berupa nama tempat, negara, benda, atau sifat tertentu.
Contoh:
a. Berlibur di pulau Dewata adalah impianku. (Pulau Dewata=Bali)
b. Provinisi dengan julukan "Serambi Mekah" itu saat ini sedang berbenah. (Serambi Mekah = Nanggroe Aceh Darussalam)

17. Simbolik adalah gaya bahasa untuk melukiskan suatu maksud dengan menggunakan simbol atau lambang.
Contoh:
a. Banyak tikus berkeliaran di gedung rakyat.
(Tikus merupakan simbol koruptor)
b. Kupu-kupu malam beterbangan di malam hari mencari mangsa
(kupu-kupou malam merupakan simbil wanita tuna susila)

No comments:

Post a Comment